Perjalanan dari Taba ke Yerusalem makan waktu sekitar 7-8 jam. Untungnya kami diberi kesempatan untuk berhenti beberapa kali di tempat pemberhentian yang ada kedai-kopi (keliatan banget melayunya hehe…) dan minimarket, yang rupanya memang sengaja dibuat untuk tempat istirahat sementara karena banyak juga rombongan lain yang berhenti di tempat-tempat seperti ini.
Mengutip istilah Oded, ini adalah tempat “Coffee In – Coffee Out”, maksudnya adalah di sini kita bisa minum – kalo haus – dan yang terutama adalah…..bisa ke toilet. Mengantisipasi perjalanan yang bakal menguras energy, aku banyak minum air putih dengan akibat langsungnya yaitu harus ada air yang dikeluarkan….. sehingga sangat-sangat lega kalo Oded mengumumkan : sebentar lagi kita berhenti untuk coffee in – coffee out :)
Ada 3 tempat penting yang kami singgahi dalam perjalanan panjang ini - tidak berurutan secara lokasi tapi berdasarkan unsur kepentingannya bagiku :)
1.Restoran – karena uda lewat dari jam makan siang, perut keruyuk-keruyuk dan anaconda dalam perut uda gelar spanduk mau demo :D
Kami makan siang di Qumran, di restoran siap-saji dengan menu “entah-apa-namanya” yang cukup enak (kemungkinan besar karena faktor lapar hehe..). Setelah selesai makan, kami diajak ke sebuah mini-theatre melihat film dokumenter tentang penemuan gulungan kitab suci di Qumran. Cukup menarik. Rating : 3 bintang.
Kemudian kami diberi kesempatan untuk melihat-lihat dan kalo berminat bisa juga membeli produk perawatan kecantikan dengan bahan dasar dari Laut Mati. Sebagai seorang wanita yang cukup memperhatikan perawatan wajah dan tubuh (ceileee….) bingung juga mau beli produk apa. Karena begitu banyak pilihan dan begitu…..mahal harganya :D Dengan bocoran info dari tour leader kami tentang produk mana yang “bermanfaat dan banyak penggemar yang sering nitip beli” akhirnya ada beberapa produk yang kubeli.
2. Laut Mati – Nah….ini yang seru.
Sedikit keteragan tentang Laut Mati yang kudapat di wikipedia :
Laut Mati adalah danau yang membujur di daerah antara Israel, Daerah Otoritas Palestina dan Yordania. Terletak 417,5 m di bawah permukaan laut, merupakan titik terendah di permukaan bumi. (Wow..!) Secara geologi laut mati terbentuk tiga juta tahun yang lalu ketika timbul retakan kecil pada Jordan Riff Valley dimana air laut masuk dan terkumpul, iklim kering dan evaporasi tinggi meningkatkan konsentrasi mineral dalam air. Garam, kapur dan gypsum terdapat pada sepanjang retakan ini dan membentuk danau dengan kandungan garam tertinggi. Danau ini dinamakan laut mati karena tidak ada bentuk kehidupan yang dapat bertahan dalam air garam ini. Laut mati memiliki kandungan garam tertinggi dari seluruh laut di dunia.Kadar garamnya sekitar 32 % dibandingkan terhadap kadar garam rata-rata 3% pada Laut Mediteranian. Sejak dulu material yang terdapat dalam laut mati diketahui mempunyai efek untuk mempercantik kulit. Dengan mengoleskan lumpur ini ke tubuh, mineral yang terkandung di dalamnya terbukti dapat memperbaiki kulit, melancarkan sirkulasi darah dan dapat membantuk kesehatan. Hal ini sudah lama diketahui oleh King Salomon, Cleopatra dan Herod the Great sehingga mereka mendatangi Laut Mati untuk memperoleh efek tersebut.
Berhubung kadar garam yang sangat tinggi maka air Laut Mati terasa pahit dan sangat pedih jika sampai masuk ke mata. Dalam perjalanan menuju Laut Mati, tour guide menjelaskan beberapa hal antara lain “bagaimana bisa dengan selamat mengapung di Laut Mati”. Kami diajarin caranya yaitu berjalan sampai air laut mencapai setengah paha lalu posisikan badan seakan hendak duduk dikursi dan kemudian berbaring. Saat berbaring di air jaga keseimbangan tubuh karena jika sampai terbalik menelungkup akan susah untuk balik ke posisi telentang dan air akan masuk ke mata. Terutama untuk orang yang perutnya gendut banget… wah kalo sampe telungkup bakal kayak kura-kura terbalik :D Kami sampai di Laut Mati sekitar jam 3 sore. Cuaca agak mendung, udara sejuk. Kembali diingatkan oleh tour guide kami bahwa jam 5 sore langit sudah mulai gelap. Lumayan masih ada waktu 2 jam. Tidak semua dari kami yang mencoba “tidur” di air. Dan aku termasuk yang tidak mencoba karena 1 dan lain hal. Sebagai gantinya aku mendapat profesi dadakan yaitu menjadi……fotografer! Saudara-saudariku yang "tiduran di laut" pengen punya foto kenang-kenangan, maka jadilah di lengan kiri-kananku bergelantungan kamera. Saking banyaknya kamera aku jadi bingung ini kamera milik siapa dan untuk motret siapa akhirnya semua yang nyemplung kupotret dengan semua kamera yang ada hehehehehe……… (Psssttt….aku bawa botol kosong bekas air mineral dan kuisi dengan air Laut Mati untuk kenang-kenangan hihihi……)
3. Yerikho – hari sudah gelap ketika kami sampai di Yerikho. Berdasarkan penggalian (yang dimulai pada tahun 1868) diketahui bahwa kota Yerikho sudah ada sejak 10 ribu tahun yang lalu, dan karena itu Yerikho boleh dianggap kota tertua di dunia. Wow! Luar biasa ! Uniknya, Yerikho yang berada di tengah tanah Israel ternyata milik Palestina. Sekilas info, Palestina dan Israel masih berkonflik. Nah…oleh karena hal ini maka Oded yang seorang Yahudi tidak ikut kami masuk ke Yerikho. Kami keliling sebentar di kota kecil ini dan berhenti di dekat sebuah pohon yang konon katanya sejenis dengan pohon ara yang dipanjat oleh Zakeus ketika ingin melihat Tuhan Yesus lewat (Luk 19:4). Tadinya sebelum masuk ke Yerikho, dalam bayanganku akan melihat suatu kota yang besar dan modern. Ternyata meleset…. Kota ini tak ubahnya sebuah kota tua, terlihat kumuh, jalanannya sempit, banyak orang berjualan makanan di pinggir jalan. Aku jadi teringat kutukan Yosua. Dengan bantuan konkordansi maka ketemulah ayat ini – Yosua 6:26 dan 1 Raja 16:34 (baca sendiri ya…). Yosua mengutuk orang yang berniat membangun kembali Yerikho, ia akan kehilangan nyawa anak sulung saat meletakkan dasar kota dan nyawa anak bungsunya ketika memasang pintu gerbangnya. Jadi aku pikir mungkin ini juga yang membuat orang Yerikho tidak berani membangun kotanya supaya lebih bagus…..ini menurutku lho…..maap kalo salah :)
Hah…..akhirnya sampai juga kami di hotel tempat kami akan menginap selama 3 malam. Hotel ini terletak di tengah kota. Dari penampilannya termasuk hotel yang agak tua tapi masih terawat baik dan bersih. Ini yang penting…..Bersih!
Sebelum tidur, kulihat-lihat lagi foto tempat-tempat yang kami lewati dan singgahi. Saat melihat foto Laut Mati tiba-tiba aku teringat “Coffee In – Coffe Out”. Laut Mati karena letaknya terendah di seluruh permukaan bumi maka airnya tak bisa mengalir kemana-mana lagi. Akibatnya…kadar garam sangat tinggi sehingga tidak ada kehidupan di sana. Aku seakan diingatkan kembali bahwa dalam kehidupan ini sangat perlu prinsip “In – Out” . Tuhan memberkati kita dengan tujuan agar kita menjadi berkat. Kita adalah saluran berkat Tuhan bagi sesama. Janganlah kita menumpuk harta untuk kepentingan pribadi melulu. Berbagi dengan sesama akan terasa lebih indah. Jangan kita menyimpan berita keselamatan yang telah kita terima, sampaikan kepada banyak orang lain di sektiar kita.
Hooaamm…..uda jam 21.00 waktu Israel alias 02.00 WIB. Besok acara cukup padat. Tidur dulu ah…… ups….berdoa dulu ding :)
Tx God for this day.....and for everyday You give to me. Amin!
-DW-
No comments:
Post a Comment