Wednesday, December 29, 2010

Gembala Yang Baik





Hari ini cukup padat jadwal perjalanan kami. Jam 8 tepat bus mulai meninggalkan hotel. Sekitar 10 tempat yang akan kami kunjungi. Ada beberapa yang tempatnya berdekatan sehingga bisa dicapai dengan jalan kaki. Dalam perjalanan menuju lokasi pertama, Oded menjelaskan bahwa tempat-tempat ziarah yang akan kami kunjungi tidak semua merupakan tempat sesungguhnya dari suatu peristiwa sejarah di jaman Tuhan Yesus. Ada beberapa merupakan tempat yang dipercaya secara tradisi turun-temurun oleh bangsa Yahudi. Sebagai contoh : Kapel Kenaikan Tuhan Yesus. Di Alkitab tertulis Tuhan Yesus naik ke sorga di Bukit Zaitun. Sebenarnya Bukit Zaitun itu merupakan deretan perbukitan. Menurut penelitian sejarah tempat kenaikan itu seharusnya di dekat Betania (agak jauh dari lokasi yang sekarang). Akan tetapi dalam pemikiran bangsa Yahudi, tempat Tuhan Yesus terangkat ke sorga seharusnya di lokasi tertinggi perbukitan Zaitun – lebih dekat dengan sorga :D .
Akhirya…jadilah tempat yang sekarang kami datangi ini dianggap sebagai tempat kenaikan Tuhan Yesus. Bahkan di dalam kapel tersebut ada sebuah batu dengan cetakan seperti telapak kaki yang diklaim sebagai telapak kaki Tuhan Yesus. Haiz….ada-ada aja ya… tapi ya udalah gapapa. Kita tetap menghormati tradisi tapi tidak mengkultuskannya :)

Dari kejauhan terlihat si Kubah Emas alias Dome of The Rock. Ternyata aku selama ini salah sangka, kukira itu yang namanya masjid Al-Aqsa. Masjid Al-Aqsa yang sebenarnya ada di sebelah selatannya dengan kubah berwarna abu-abu. Baru tahu deh...hehe...
Eits....berfoto-ria dengan latar belakang si Kubah Emas wajib hukumnya. Yak...action! Klik!

Kali ini aku tidak akan cerita secara terperinci semua tempat yang kami datangi. Banyak boo…hehe…. Hanya akan kutulis tempat-tempat apa aja yang kami kunjungi. – btw gimana mau nyatet lengkap kalo sibuk motret hehe….
1. Kapel Kenaikan Tuhan Yesus - hanya tradisi kepercayaan
2. Gereja Doa Bapa Kami - ada lebih dari 160 versi bahasa Doa Bapa Kami
3. Gereja Dominus Flevit = Airmata Tuhan - Tuhan menangisi Yerusalem
4. Jalan Minggu Palem
5. Taman Getsemani – terdapat 'Gereja Segala Bangsa'
6. Bukit Sion – lokasi reruntuhan Bait Allah hanya dilihat dari kejauahan :)
7. Upper Room - tempat Perjamuan Terakhir
8. Makam Raja Daud - hanya tradisi kepercayaan
9. Gereja St. Petrus in Gallicantu/Rumah Imam Agung Kayafas - Penjara bawah tanah
10.Betlehem – Church of The Nativity (Gereja Kelahiran Yesus)

Hari ini ada 1 peristiwa yang cukup berkesan…. Kami kehilangan seorang saudara! Lho? Kok bisa? Begini awal mula kisahnya…..waktu kami masuk ke area Taman Getsemani, ada banyak rombongan lain yang juga ke sana. Suasana didalam agak berdesak-desakan. Nah….saudaraku ini seorang bapak yang sudah cukup tua dan sangat suka memotret. Dengan 2 hal itu akibatnya dia seringkali tertinggal dari rombongan. Istrinya sudah seringkali mengingatkan jangan sampai terpisah dari saudara-saudara yang lain.
Waktu kami berkumpul di luar taman Getsemani menunggu bus, seperti biasa tour leader menghitung jumah kami dan ketahuan ternyata kurang 1 orang. Dia masuk lagi untuk mencari dan masih tidak ketemu. Akhirnya karena bus tidak boleh berhenti lama di depan taman maka kami semua naik ke bus dan kembali ke awal Jalan Minggu Palem di atas. Sedangkan tour leader dan tour guide kami berjalan kaki di sekitar area tersebut untk mencari saudara kami itu.
tu kalimat yang diucapkan oleh Oded dengan setengah bercanda tapi cukup menghibur sebelum bus berjalan: “Jangan kuatir, kami akan mencarinya sampai ketemu seperti Tuhan Yesus mencari 1 ekor dombaNya yang hilang”.
Di dalam bus dipimpin oleh saudara kami seorang pendeta, kami berdoa dan memuji Tuhan. Sampai di jalan di atas tidak kelihatan seorang pun. Bus memutar kembali ke jalan yang dibawah. Suasana di dalam bus cukup tegang. Kami terus menyanyi memuji Tuhan. Saat menuju ke jalan bawah itu tiba-tiba seorang saudara berteriak : Itu dia! Wah kami sangat bersukacita…..dan tentunya si istri yang sangat-sangat-sangat bersukacita :)
Ketika saudara kami itu masuk ke dalam bus dengan wajah pucat pasi, kami bertepuk tangan menyambutnya. Tiba-tiba hatiku diliputi rasa haru yang begitu dalam. Aku seakan bisa merasakan sukacita Tuhan Yesus ketika seorang manusia yang terhilang diselamatkan. Tx Lord ! Engkau adalah Gembala yang baik.
Oya....di dalam taman Getsemani ada beberapa pohon zaitun yang tumbuh sejak jaman Tuhan Yesus lho.... sudah dilakukan penelitan pada pohon ini dan ternyata benar bahwa umurnya sekitar 2000 th. Wow!

Tempat selanjutnya yang kami datangi adalah Ruangan Atas ato Upper Room, tempat dimana Tuhan Yesus dan ke 12 belas muridNya mengadakan Perjamuan Terakhir (Luk 22:12). Ruangan ini juga menjadi saksi peristiwa pencurahan Roh Kudus yang pertama (Kis 2:2). Begitu masuk ke ruangan ini yang kucari adalah meja panjang tempat Tuhan duduk bersama para murid. Pengen tahu seberapa panjangnya. Eh….ternyata cuma ruangan kosong :D

Breaking News: Tooeennngggg….! Tuhan memberi hikmat padaku menggunakan fitur di HP untuk merekam penjelasan dari tour guide. Tx God!

Ada satu tempat yang sangat berkesan bagiku yaitu bekas penjara bawah tanah di gereja St. Petrus in Gallicantu (rumah Kayafas/Imam Agung). Di puncak atap kubah gereja ini ada patung ayam emas. Tapi bukan itu yang membuatku terkesan.
Di tempat ini dulu Tuhan Yesus dipenjara sebelum dibawa menghadap Pontius Pilatus. Di tempat ini juga Petrus menyangkali Tuhan Yesus sebanyak 3 kali sebelum ayam berkokok (Mat 26:75) - gallicantu = ayam berkokok. Bangunan ini terdiri dari 3 lantai tetapi bukan bersusun ke atas seperti bangunan pada umumnya melainkan sebaliknya. Lantai pertama yang selevel dengan tanah/pintu masuk merupakan sebuah gereja. Menurut sebuah buku referensi, gereja ini dibangun pada tahun 1931. 1 lantai dibawahnya ada sebuah ruangan yang menurut Oded, ruangan ini adalah tempat Imam Agung mengadili tawanan. Imam Agung tidak pernah mau turun ke ruangan penjara. Di ruangan ini ada sebuah lobang yang tembus ke lantai di bawahnya. Melalui lobang ini dia bisa melihat si tawanan. Nah…di lantai terbawah inilah terletak ruangan mirip goa yang duluuuuuu…..dipakai untuk penjara. Namanya Dungeon alias Penjara Bawah Tanah. Dan Tuhan Yesus juga dimasukkan ke sini. Keadaan ruangan ini sekarang memang tidak lagi terlihat seram dan tidak ada bekas darah. Tapi saat masuk ke sana aku rada merinding juga. Membayangkan betapa sakitnya Tuhan Yesus setelah dipukuli lalu dilempar ke dungeon ini (Mrk 14:65). Dinding dan lantai goa ini tidak rata, banyak bagian yang tajam.
Tuhan mau mengalami semua hal yang menyakitkan ini karena Dia mengasihi aku, engkau, dia dan semua orang. Dia tidak mau ada satu orangpun yang terhilang. Tx God! Memang Engkau adalah Gembala yang baik.

Tempat terakhir yang kamu kunjungi adalah Church of The Nativity (gereja Kelahiran Yesus) di Betlehem. Dibangun pertama kali oleh ratu Helena pada tahun 329. Pernah dihancurkan oleh orang Samaria tahun 527 kemudian dibangun lagi oleh kaisar Yustinia tahun 531. Sama dengan Yerikho, Betlehem yang berada di tengan tanah Israel adalah milik Palestina. Sehingga saat kami masuk ke Betlehem, Oded tidak bisa ikut dan digantikan oleh tour guide lain seorang Arab Palestina – yang aku lupa namanya hehe…. Sebelum masuk, seluruh rombongan berfoto ria dulu.
Ada banyak hal yang unik dari bangunan gereja ini. :
- Pintu masuknya sangat pendek. Kita harus menunduk untuk melewatinya. Ternyata ada cerita tentang hal ini yaitu untuk mencegah tentara Islam yang mengendarai kuda masuk ke dalam gereja pada masa Perang Salib.
- Pada tahun 618 banyak bangunan gereja di Betlehem yang dihancurkan oleh tentara Persia. Tetapi gereja ini terselamatkan (kemungkinan besar) karena adanya mozaik di dinding gereja yang menggambarkan 3 orang majus membawa persembahan saat kelahiran Tuhan Yesus. Orang majus ini dipercaya adalah orang Persia. Sayangnya mozaik itu sekarang disimpan di museum jadi ga bisa lihat langsung.
- Di bagian dalam gereja ada ruangan gereja milik beberapa aliran yaitu Yunani Ortodoks, Armenia Ortodok dan Katolik. Masing-masing aliran memiliki jam doa sendiri-sendiri. Unik ya….. :) Dan…setiap tanggal 24 desember malam dari gereja katolik ini yang dinamai gereja St. Katrine, disiarkan secara langsung Misa Malam Natal ke seluruh dunia.
- Di bagian dalam terdapat satu tempat yang dipercaya merupakan lokasi kandang domba tempat kelahiran Tuhan Yesus, tepat pada titik itu dibuat suatu bentuk Bintang dari perak dengan 14 sudut. Yang menggambarkan 14 generasi dari Daud ke Tuhan Yesus dan 14 perhentian/stasi jalan salib.

Secara keseluruhan, walau memiliki nilai sejarah yang sangat penting, tampak depan bangunan gereja ini tidak mengesankan. Coba lihat sendiri foto di atas… :)

Secara keseluruhan…..perjalanan hari ini sangat menyenangkan, sangat banyak tempat indah dan bersejarah yang sudah kukunjungi.

Akhir kata…. hari ini kututup dengan mengingat kembali betapa baiknya Sang Gembala yang Baik itu. Dia tak pernah berubah, dari dulu – sekarang – sampai selama-lamanya Dia tetap baik! Amin!


Singing :
Tuhan, adalah Gembalaku…… takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku, di padang yang berumput hijau
Ia membimbingku ke air yang tenang, Ia menyegarkan jiwaku
Ia menuntunku ke jalan yang benar, oleh kar’na namaNya
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kegelapan
Aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku

Headline News : Tuhan baaiikkkk deh….gara-gara pake fitur rekaman di HP, catatanku jadi lebih lengkap. Tx God!


-DW-

Friday, December 24, 2010

Coffee In - Coffee Out





Perjalanan dari Taba ke Yerusalem makan waktu sekitar 7-8 jam. Untungnya kami diberi kesempatan untuk berhenti beberapa kali di tempat pemberhentian yang ada kedai-kopi (keliatan banget melayunya hehe…) dan minimarket, yang rupanya memang sengaja dibuat untuk tempat istirahat sementara karena banyak juga rombongan lain yang berhenti di tempat-tempat seperti ini.

Mengutip istilah Oded, ini adalah tempat “Coffee In – Coffee Out”, maksudnya adalah di sini kita bisa minum – kalo haus – dan yang terutama adalah…..bisa ke toilet. Mengantisipasi perjalanan yang bakal menguras energy, aku banyak minum air putih dengan akibat langsungnya yaitu harus ada air yang dikeluarkan….. sehingga sangat-sangat lega kalo Oded mengumumkan : sebentar lagi kita berhenti untuk coffee in – coffee out :)

Ada 3 tempat penting yang kami singgahi dalam perjalanan panjang ini - tidak berurutan secara lokasi tapi berdasarkan unsur kepentingannya bagiku :)

1.Restoran – karena uda lewat dari jam makan siang, perut keruyuk-keruyuk dan anaconda dalam perut uda gelar spanduk mau demo :D
Kami makan siang di Qumran, di restoran siap-saji dengan menu “entah-apa-namanya” yang cukup enak (kemungkinan besar karena faktor lapar hehe..). Setelah selesai makan, kami diajak ke sebuah mini-theatre melihat film dokumenter tentang penemuan gulungan kitab suci di Qumran. Cukup menarik. Rating : 3 bintang.
Kemudian kami diberi kesempatan untuk melihat-lihat dan kalo berminat bisa juga membeli produk perawatan kecantikan dengan bahan dasar dari Laut Mati. Sebagai seorang wanita yang cukup memperhatikan perawatan wajah dan tubuh (ceileee….) bingung juga mau beli produk apa. Karena begitu banyak pilihan dan begitu…..mahal harganya :D Dengan bocoran info dari tour leader kami tentang produk mana yang “bermanfaat dan banyak penggemar yang sering nitip beli” akhirnya ada beberapa produk yang kubeli.

2. Laut Mati – Nah….ini yang seru.
Sedikit keteragan tentang Laut Mati yang kudapat di wikipedia :
Laut Mati adalah danau yang membujur di daerah antara Israel, Daerah Otoritas Palestina dan Yordania. Terletak 417,5 m di bawah permukaan laut, merupakan titik terendah di permukaan bumi. (Wow..!) Secara geologi laut mati terbentuk tiga juta tahun yang lalu ketika timbul retakan kecil pada Jordan Riff Valley dimana air laut masuk dan terkumpul, iklim kering dan evaporasi tinggi meningkatkan konsentrasi mineral dalam air. Garam, kapur dan gypsum terdapat pada sepanjang retakan ini dan membentuk danau dengan kandungan garam tertinggi. Danau ini dinamakan laut mati karena tidak ada bentuk kehidupan yang dapat bertahan dalam air garam ini. Laut mati memiliki kandungan garam tertinggi dari seluruh laut di dunia.Kadar garamnya sekitar 32 % dibandingkan terhadap kadar garam rata-rata 3% pada Laut Mediteranian. Sejak dulu material yang terdapat dalam laut mati diketahui mempunyai efek untuk mempercantik kulit. Dengan mengoleskan lumpur ini ke tubuh, mineral yang terkandung di dalamnya terbukti dapat memperbaiki kulit, melancarkan sirkulasi darah dan dapat membantuk kesehatan. Hal ini sudah lama diketahui oleh King Salomon, Cleopatra dan Herod the Great sehingga mereka mendatangi Laut Mati untuk memperoleh efek tersebut.
Berhubung kadar garam yang sangat tinggi maka air Laut Mati terasa pahit dan sangat pedih jika sampai masuk ke mata. Dalam perjalanan menuju Laut Mati, tour guide menjelaskan beberapa hal antara lain “bagaimana bisa dengan selamat mengapung di Laut Mati”. Kami diajarin caranya yaitu berjalan sampai air laut mencapai setengah paha lalu posisikan badan seakan hendak duduk dikursi dan kemudian berbaring. Saat berbaring di air jaga keseimbangan tubuh karena jika sampai terbalik menelungkup akan susah untuk balik ke posisi telentang dan air akan masuk ke mata. Terutama untuk orang yang perutnya gendut banget… wah kalo sampe telungkup bakal kayak kura-kura terbalik :D Kami sampai di Laut Mati sekitar jam 3 sore. Cuaca agak mendung, udara sejuk. Kembali diingatkan oleh tour guide kami bahwa jam 5 sore langit sudah mulai gelap. Lumayan masih ada waktu 2 jam. Tidak semua dari kami yang mencoba “tidur” di air. Dan aku termasuk yang tidak mencoba karena 1 dan lain hal. Sebagai gantinya aku mendapat profesi dadakan yaitu menjadi……fotografer! Saudara-saudariku yang "tiduran di laut" pengen punya foto kenang-kenangan, maka jadilah di lengan kiri-kananku bergelantungan kamera. Saking banyaknya kamera aku jadi bingung ini kamera milik siapa dan untuk motret siapa akhirnya semua yang nyemplung kupotret dengan semua kamera yang ada hehehehehe……… (Psssttt….aku bawa botol kosong bekas air mineral dan kuisi dengan air Laut Mati untuk kenang-kenangan hihihi……)

3. Yerikho – hari sudah gelap ketika kami sampai di Yerikho. Berdasarkan penggalian (yang dimulai pada tahun 1868) diketahui bahwa kota Yerikho sudah ada sejak 10 ribu tahun yang lalu, dan karena itu Yerikho boleh dianggap kota tertua di dunia. Wow! Luar biasa ! Uniknya, Yerikho yang berada di tengah tanah Israel ternyata milik Palestina. Sekilas info, Palestina dan Israel masih berkonflik. Nah…oleh karena hal ini maka Oded yang seorang Yahudi tidak ikut kami masuk ke Yerikho. Kami keliling sebentar di kota kecil ini dan berhenti di dekat sebuah pohon yang konon katanya sejenis dengan pohon ara yang dipanjat oleh Zakeus ketika ingin melihat Tuhan Yesus lewat (Luk 19:4). Tadinya sebelum masuk ke Yerikho, dalam bayanganku akan melihat suatu kota yang besar dan modern. Ternyata meleset…. Kota ini tak ubahnya sebuah kota tua, terlihat kumuh, jalanannya sempit, banyak orang berjualan makanan di pinggir jalan. Aku jadi teringat kutukan Yosua. Dengan bantuan konkordansi maka ketemulah ayat ini – Yosua 6:26 dan 1 Raja 16:34 (baca sendiri ya…). Yosua mengutuk orang yang berniat membangun kembali Yerikho, ia akan kehilangan nyawa anak sulung saat meletakkan dasar kota dan nyawa anak bungsunya ketika memasang pintu gerbangnya. Jadi aku pikir mungkin ini juga yang membuat orang Yerikho tidak berani membangun kotanya supaya lebih bagus…..ini menurutku lho…..maap kalo salah :)

Hah…..akhirnya sampai juga kami di hotel tempat kami akan menginap selama 3 malam. Hotel ini terletak di tengah kota. Dari penampilannya termasuk hotel yang agak tua tapi masih terawat baik dan bersih. Ini yang penting…..Bersih!

Sebelum tidur, kulihat-lihat lagi foto tempat-tempat yang kami lewati dan singgahi. Saat melihat foto Laut Mati tiba-tiba aku teringat “Coffee In – Coffe Out”. Laut Mati karena letaknya terendah di seluruh permukaan bumi maka airnya tak bisa mengalir kemana-mana lagi. Akibatnya…kadar garam sangat tinggi sehingga tidak ada kehidupan di sana. Aku seakan diingatkan kembali bahwa dalam kehidupan ini sangat perlu prinsip “In – Out” . Tuhan memberkati kita dengan tujuan agar kita menjadi berkat. Kita adalah saluran berkat Tuhan bagi sesama. Janganlah kita menumpuk harta untuk kepentingan pribadi melulu. Berbagi dengan sesama akan terasa lebih indah. Jangan kita menyimpan berita keselamatan yang telah kita terima, sampaikan kepada banyak orang lain di sektiar kita.

Hooaamm…..uda jam 21.00 waktu Israel alias 02.00 WIB. Besok acara cukup padat. Tidur dulu ah…… ups….berdoa dulu ding :)

Tx God for this day.....and for everyday You give to me. Amin!


-DW-

Monday, December 20, 2010

Jagalah Hatimu (ku)


Misr merupakan negara yang terletak di 2 benua. Sebagian di benua Afrika dan sebagian lagi di benua Asia. Keren ya…. Untuk menyeberang dari benua Afrika ke benua Asia kami melewati terowongan di bawah Terusan Suez, sepanjang 1,6 km yang diberi nama Ahmed Hamdi Tunnel. Nuweiba, kota terakhir di Misr tempat kami menginap malam sebelumnya, terletak di benua Asia. Hari ini kami akan masuk ke Israel.

Dari Nuweiba ke Taba, perbatasan Misr-Israel, hanya sekitar 45 menit. Kami sampai sana rada kepagian sehingga harus menunggu sejenak dalam bus. Dalam perjalanan menuju daerah perbatasan itu tour leader kami memberitahukan beberapa hal yang boleh dan tidak boleh serta yang harus kami lakukan.

1. Dilarang keras memotret apapun yang ada di area perbatasan tersebut. Karena bakal ditangkap-diinterogasi-bahkan mungkin ditahan (Padahal tentara Misr ada yang keren lho….maksudku senjatanya yang keren :D )
2. Kami harus membawa dan menarik semua tas dan koper kami sendiri setelah keluar dari perbatasan Misr menuju area kekuasaan Israel karena harus ganti bus (Yah… ga jauh-jauh amat sih, jadi it’s ok lha…)
3. Pemeriksaan di imigrasi akan memakan waktu agak lama. Paling lama bisa sampai 3-4 jam. (Fiuhh….diapain aja ya? )
4. Bagi yang bisa berbahasa Inggris dengan lancar sebaiknya kali ini ‘disimpan’ dulu, cukup jawab Yes ato No aja. Untuk mempersingkat waktu pemeriksaan. (Ga sekalian pake bahasa tarzan aja ya? Hehe…..)
5. ……………………. ??? Yang kuinget cuma 4 ini aja :)

Singkat cerita….kami berjalan berbaris dengan membawa perbekalan kami masing-masing menuju imigrasi Israel. Petugas pertama yang kami temui di meja depan memeriksa pasport kami. Ada yang pasportnya langsung dikembalikan tapi ada juga yang ditempeli stiker, diberi tanda dan tidak dikembalikan. Nah….aku termasuk dalam kelompok ini :( Kemudian kami membawa koper dan tas melewati mesin x-ray. Untuk kedua kalinya aku termasuk dalam kelompok yang ‘Barangnya-Tidak-Langsung-Dikembalikan’ hikz... Sambil menarik napas panjangggggg kemudian dihembuskan pelan-pelan aku mencoba pasang wajah tenang. Seakan-akan tak terintimidasi. Padahal isi koperku hanya pakaian dan itupun tak penuh. Entah apa yang dianggap mencurigakan oleh petugas x-ray itu. Seling 2 orang di belakangku, seorang saudariku kopernya juga ditahan. Nah….koper dia sih cukup wajar kalo ditahan karena isinya penuh bermacam-macam barang. Sedikit cerita tentang saudariku ini (boleh cerita kok sama yang bersangkutan hehe….) dia menetap di Aussie, sebelum ke Israel dia pulang ke Jakarta dulu kemudian gabung dengan rombongan kami ke Israel dan ntar langsung pulang ke Aussie. Jadilah kopernya penuh dengan barang titipan oleh-oleh. Dua hal yang kontras, yang satu koper nyaris kosong satunya lagi koper penuh dan dua-duanya ditahan. Akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa tak ada kriteria khusus mengapa koper kami ditahan untuk diperiksa ulang .

Saat duduk menunggu, aku tiba-tiba teringat isi Buku Panduan yang dibagikan oleh tour leader. Dalam bagian Persiapan Pribadi & Tata Tertib, diingatkan kepada para peserta untuk Siapkan Hati dan Jaga Hati. Nih, kutuliskan ya...

• Siapkan Hati – Setiap peserta diharapkan untuk mempersiapkan hati, karena ini merupakan perjalanan untuk beribadah ke rumah Tuhan, bukan sekedar tour atau jalan-jalan biasa. Mari kita berdoa memohon kemurahan Tuhan supaya dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan di tanah dimana Tuhan pernah menjejakkan kakiNya.
• Jaga Hati – Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya koper tertinggal, kamar hotel tidak seperti yang diharapkan, makanan yang kurang cocok, dsb, mari kita bersama-sama menjaga hati agar tidak cepat mengeluh. Ingatlah bahwa tujuan keberangkatan adalah untuk beribadah. Berdoalah agar tetap dapat menampung pengurapan yang akan Tuhan curahkan. Jangan sampai kirbat kita bocor.

Dalam hati aku berkata pada Tuhan : Tuhan, aku ga mau hatiku kehilangan damai sejahtera. Apapun yang akan petugas itu lakukan terhadap koperku dan isinya, berapa lama pun koperku ditahan, aku tidak akan kesal. Amin! Tx God!

7 orang dari rombongan kami yang sama-sama harus menunggu kopernya diperiksa ulang. Puji Tuhan sekitar 15 menit semua sudah beres. Dan sekarang dilanjut antri di bagian imigrasi.Wah….petugasnya cewek-cewek muda yang cantik dan modis. Keren. Kerjanya teliti banget…..pasport dibolak-balik. Dilihat ulang-ulang. Lucunya….kita di test lho… ada yang ditanya siapa nama kita (padahal uda jelas tertulis di pasport), nama orangtua dan…..nama kakek! hihihi……ketawa dalam hati tentunya :D

Ok siap semua… hanya dalam waktu 1,5 jam semua sudah beres....Puji Tuhan. Joy ! Joy ! Kembali kami berjalan berbaris dengan segala perbekalan masing-masing menuju bus yang akan mengantar kami selama di Israel. Bus nya lebih besar, tepatnya sih lebih panjang, lebih bersih, hhmm….lebih wangi. Beneran wangi lho…karena si Mahdi, sopir bus kami, orangnya juga wangi hehe…. Maksudku dia sangat memperhatikan kebersihan dan kewangian bus yang menjadi tanggungjawabnya. Good job , Mahdi. I like it! :)

Kami melintasi kota Eilat. Wow ! terasa banget perbedaan antara kota di Misr dan di Israel. Cairo yang merupakan ibukota Misr keliatan kumuh. Sedangakan Eilat terlihat cukup modern walaupun sebenarnya hanya sebuah kota kecil. Lingkungan kota terlihat bersih. Kota ini terletak persis di tepi Laut Merah. Merupakan daerah wisata. Cukup banyak hotel bertaraf internasional ditempat ini.

Perjalanan dilanjutkan menuju Yerusalem dengan tour guide yang baru, orang Yahudi asli yang fasih berbahasa Indonesia, sudah lahir baru dan dibaptis, pengetahuannya luas, suka cerita “humor tentang mertua”, bisa ngeledek kami “kesiannnnn deh lu!” dan namanya adalah…… ODED (baca : Oded'z) . Aku minta maaf kalo salah tulis namamu ya, Oded :) Bersama Oded yang punya stok cerita lucu berkarung-karung, perjalanan selama berjam-jam tak terasa terlalu melelahkan. Thank you , Oded.

Masih banyak tempat yang kami singgahi di tengah perjalanan dari Taba ke Yerusalem. Tapi… sabar ya, nyambung di tulisan berikutnya.

Sebagai penutup dari tulisan setengah-perjalanan ini… Ingat! Ingat! Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena rusak susu sebelanga akibat nila setitik. Lho?! Kok tak nyambung?! Maksudku, jika saat koperku ditahan aku ngomel plus manyun maka suasana hatiku akan rusak. Perjalanan tour hari itu masih panjang dan hati yang kesal akan membuat aku kehilangan momen-momen indah bersama Tuhan.

Kok jadi pengen nyanyi : Jagalah hatimuuu…. jangan kau kotoriiiii……. :)


-DW-

Saturday, December 18, 2010

Sukacita.....! Joy....!



Ayo kumpul…kumpul….. Joy! Joy!

Seruan seperti itu mulai terbiasa di telingaku. Ya…. Joy adalah nama tour-travel yang mengantar rombongan kami. Bagiku seruan itu , “Joy” sesuai dengan arti katanya, juga membangkitkan sukacitaku. Aku sangat menikmati perjalanan bersama teman-teman baruku. Kami berasal dari berbagai denominasi gereja. Tapi kami tidak mempersoalkan perbedaan doktrin . Yang ada di benak kami adalah bahwa kami memiliki satu Tuhan yang sama namanya Yesus Kristus.

Di hari ke 4 ini aku mulai hapal wajah teman-temanku dan beberapa nama dari mereka. Setiap kali kami menaiki bus, tour leader kami akan menghitung jumlah kami agar tidak ada yang tertinggal. Dan kalau ada yang belum naik ke bus, kami sudah mulai tau siapa nama yang belum hadir itu. Rasa kekeluargaan yang indah apalagi sedang jauh di negeri orang :)

Setelah sarapan kami bersiap-siap menuju biara St. Katarina yang terletak di kaki gunung Sinai, sekitar 15 menit naik bus dari hotel. Di tempat parkir bus sudah berderet bus-bus rombongan lain. Dari tempat parkir ini kami harus berjalan kaki sekitar 10 menit. Jalanannya tidak terlalu menanjak. Lumayanlah untuk olahraga pagi.
Setelah semua kumpul di luar biara, tour leader kami menanyakan apa di antara kami ada yang mau foto naik unta. Cukup bayar USD 1. Beberapa teman dengan antusias mau mencoba. Pelananya beda dengan pelana kuda yang biasa kita lihat. Bentuk pelana ini tak terlihat jelas karena di atasnya tertutup kain dengan maksud supaya dudukannya jadi rada empuk. Di bagian depan dan belakang dudukan ada semacam tiang kecil. Fungsinya sebagai “penjepit” penumpang agar tidak jatuh. Tiang kecil di bagian depan juga berfungsi sebagai pegangan. Bagi orang yang perutnya gendut banget bakal sengsara karena terjepit di antara tiang ini :) Tidak ada bagian untuk menumpu kaki seperti pada pelana kuda, jadi bayangkan betapa pegelnya kaki kita tergantung kalo naik unta agak lama. Berhubung punggung unta cukup tinggi dan tidak ada tumpuan kaki maka unta harus duduk dulu baru kita bisa naik ke punggungnya. Yang lucu saat unta itu berdiri dengan kaki belakang dulu yang ditegakkan kemudian kaki depan, si penumpang seakan diombang-ambingkan ke depan ke belakang. Setelah puas berfoto-ria bergaya di atas unta, kami masuk ke dalam biara.

Area biara yang boleh dimasuki pengunjung sangat terbatas. Begitu banyak turis yang masuk sehingga terasa sesak sekali. Bagiku tidak ada sesuatu yang terlalu menarik di dalam sehingga aku cepat-cepat keluar dan menunggu teman-teman yang lain di dekat pintu masuk. Oya di dalam biara itu ada pohon yang konon katanya sejenis dengan semak berapi yang dilihat oleh Musa (Kel 3:2). Penuh sesak pengunjung berdiri di depannya jadi aku tak bisa motret. Ya… gapapa deh karena bukan pohon aslinya :)

Joy ! Joy ! Nah…..itu kode agar kami segera naik bus karena perjalanan akan dilajutkan ke Nuweiba. Daerah pantai di tepi laut Merah di sisi yang menghadap teluk Aqhaba. Makan siang kami hari itu menu ala Korea. Aku katakan “ala” karena hanya sekitar 20% miripnya hehe… yang pasti sih ada kimchi-nya. Berhubung pengunjung restoran hanya rombongan kami, sambil melepas lelah dan menunggu “turunnya” nasi, tour leader kami bersama beberapa teman bikin vocal grup dadakan. Diiringi gitar, teman-teman yang pria menyanyikan lagu-lagu Batak, yang wanita menari. Sukacita melingkupi kami…. Joy !

Kami menginap di sebuah resort hotel. Pemandangan lautnya sangat indah. Cuaca cerah dengan angin semilir. Sore hari kami mengisi waktu dengan bermain voli pantai. Ternyata aku masih ingat cara main voli meskipun sudah 20 tahun tak pernah main. Hanya 1 kata : Seru ! :)

Malam ini aku mendapat pengetahuan baru….. Doa Bapa Kami dalam bahasa Arab ! Aku belajar dari tour guide kami yang orang Mesir asli, namanya Muheb - maaf ya Muheb, kalo aku salah nulis namamu :)

Bapa kami yang di surga – Abana Allazy Fi El samawat
Dikuduskanlah namaMu – Ly yatakadas esmuk
Datanglah kerajaanMu – Ly yaty malakotak
Jadilah kehendakMu – Ly takon mashiatak
Di bumi seperti di sorga – Kama fi El Samaa

Haduh….susah juga menirukan “sengau”nya bahasa Arab hehe…. Tx to Muheb yang telah sabar mengajari aku melafalkannya dengan agak mirip :)

Sebelum tidur aku mengingat-ingat apa aja yang telah kualami hari itu. Aku merasakan begitu banyak kebaikan yang kuterima dari Tuhan. Namun 1 hal yang sangat berkesan…. Joy . Sukacita karena perjalanan lancar, sukacita karena makin kenal dengan teman-teman baruku (mulai sekarang aku menyebut mereka saudara-saudaraku), sukacita bisa main voli lagi setelah 20 tahun :) Masih banyak lagi sukacita yang lain …….

Sukacita yang Tuhan berikan sangat berbeda dengan sukacita duniawi. Yang pasti sukacita duniawi bersifat tak kekal. Hanya sebatas euphoria. Sukacita yang dari Tuhan bisa melalui apa aja bahkan dari hal-hal yang kelihatannya sepele seperti saat kami menyanyi dalam bus, tanpa dikomando kami langsung ambil bagian masing-masing suara 1, suara 2 dan suara 3 :)

Tx God untuk sukacita yang Engkau berikan…… good nite God….. ZZzzzzzz………..


- DW-

Friday, December 17, 2010

Jangan Suka Meremehkan


Cairo – hari ke 2

Wah…. melihat pyramida dari jarak dekat membuatku makin takjub. Setiap bongkah batu yang disusun dengan rapi itu beratnya 2 sampai 20 ton dan disusun sampai setinggi 140an meter ! wow ! Tak terbayangkan berapa banyak korban jiwa ketika membuat pyramida ini :(

Di Lokasi ini ada 3 pyramida besar. Oya pyramida ini adalah kuburan raja. Ketiga raja ini Kheops, Khephren dan Mykerinos. Ayah – anak – cucu. Di belakang masing-masing pyramida besar itu ada beberapa pyramida kecil. Menurut penjelasan tour guide kami itu adalah pyramida istri-istri raja tersebut.

Hari itu hari Jumat. Di Mesir hari Jumat adalah hari libur. Seperti hari Minggu kalau di Indonesia. Jadi banyak juga turis lokal terutama anak-anak sekolah. Tanpa membuang-buang waktu kami langsung cari ‘angle’ yang bagus dan pasang gaya lalu…… klik! Klik! Klik! Tak cukup kalo cuma 1 kali jepret hehe… Ada peristiwa lucu yang sampai sekarang masih geli kalo inget… (hihihi…rada malu sih mau ceritainnya) Saat kami sibuk potret-memotret ada serombongan remaja wanita Mesir di sekitar kami yang juga sibuk dengan kamera HP nya. Yah….namanya juga turis, mau itu lokal atau asing, kegiatan utamanya so pasti potret-memotret hehe…..Salah seorang dari mereka dengan bahasa tarzan menunjuk HP nya lalu menunjuk ke aku. Hhm….mereka minta bantuanku untuk memotret. Itu pikiranku. Dengan bahasa tarzan pula aku ‘bilang’ tunggu ya. Tak lama kemudian aku mendekati mereka meminta HP nya supaya aku bisa memotret mereka semua. Eh…..ternyata mereka langsung ambil posisi di samping kiri-kananku dan salah seorang dari mereka memotret kami. Hah! Aku langsung melongo tapi kemudian buru-buru pasang senyum manis dan …..klik! Hehehe… Sayang, saking kagetnya aku sampai lupa foto dengan mereka pakai kameraku :D

Sekarang giliran menjenguk Sphinx. Posisi Sphinx mirip banget dengan anjing yang dengan setianya menunggu tuannya pulang hehe….. tapi memang fungsi Sphinx adalah sebagai penjaga Pyramida. Tour guide kami menjelaskannya dengan cukup detil tapi aku rasa tak perlu kutuliskan di sini ya….. search ato googling aja kalo mau tau lebih jelas :)

Kunjungan ke Giza ditutup dengan foto grup alias foto bersama dengan latar belakang pyramida dan sphinx. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang menu Mesir. Hemmm…..penasaran seperti apa ya rasanya?

Kalo kupikir-timbang-analisa, menu siang ini cukup oke. Masih bisa diterima oleh lidah dan perutku. Mayoritas dimasak dengan santan (waduh.. bener santan ato bahan lain ya??? Maklum aku tak bisa masak jadi rada susah bedakan). Jadi merasa menyesal neh tak punya talenta menjelaskan rasa makanan seperti Bondan Winarno yang terkenal dengan ungkapan “Pokok’e maknyuuusss” hehehe…..

Setengah hari telah berlalu…. Sekarang tiba saatnya harus duduk diam dalam bus selama 7 jam menapaktilas perjalanan Musa membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian melewati padang gurun. Dalam hati aku bertekad akan melihat semua pemandangan selama perjalanan tapi apa daya….perut kenyang ternyata membuat daya tahan mata menurun sampai titik terendah :(

Di tengah perjalanan kami berhenti di daerah yang dipercaya merupakan daerah yang disebut Mara. Di mana Musa merubah air yang pahit menjadi manis (Kel 15:25). Di sana ada sebuah sumur kering yang konon katanya begitulah bentuk sumur pada jaman Musa itu. Aku lihat sih yang namanya sumur dimana-mana sama aja hehe….. Perjalanan dilanjut melewati daerah Elim (Kej. 15:27) tapi sayang karena hari sudah gelap kami tak dapat melihat pohon kurmanya. Itu pun bukan pohon kurma dari jaman Musa jadi ya gapapa deh :)

Nah…akhirnya sampailah kami di hotel di kaki gunung Sinai. Lega rasanya bisa meluruskan kaki. Tapi begitu turun dari bus…..bbbbrrrrrr……ddiiinnggiinnnn….. cepat-cepat kami masuk ke ruang makan hotel untuk menikmati makan malam pada pk. 20.30 waktu setempat ato pk. 01.30 WIB ! Tak heran perut teriak-teriak minta diisi hehe…. Kali ini tanpa banyak pikir menu yang disediakan langsung dilahap. Untung…. (filosofi untung adalah obat yang manjur) lidah dan perutku mau bekerja sama tanpa komplen :) Tx God

Hotel tempat kami menginap malam ini yah….cukup oke lah. Sekali lagi menggunakan filosofi untung, untung tersedia air panas untuk mandi. Tak terbayangkan kalo harus pake air dingin yang sedingin air es….bbrrr… !

Singkat cerita….. malam berganti pagi yang cerah dan….tetap dinginnnn…. Di pagi inilah kami baru sadar ternyata semalaman kami menderita kedinginan tidur tak nyenyak hanya gara-gara “under-estimate” alias uda duluan memandang remeh hotel ini karena tampak luarnya yang seperti losmen. Kami sangka mana mungkin hotel ini mempunyai fasilitas heater/pemanas ruangan. Ternyata….ternyata…. ada! Jadilah kami ketawa ngakak menertawakan kekonyolan kami :D :D :D :D

Untung…….meski kedinginan aku tak sampai jatuh sakit. Untung……meski tidur kurang nyenyak pagi ini badanku terasa segar. Tetapi akan lebih untung lagi kalo aku tidak meremehkan fasilitas hotel :)

Tx God untuk pelajaran pagi ini : Jangan meremehkan apa pun yang kelihatannya lemah, buruk, kecil, tidak sempurna……….

Foto di atas adalah hotel tempat kami menginap.


Catatan tambahan:
Filosofi “untung” boleh dikatakan merupakan prinsip hidup yang dipegang/dipakai oleh kebanyakan orang Jawa. Semua dilihat dari kacamata positif. [*untung….cuma kakinya yag patah, bukan kepalanya yang pecah……:) ]
Dalam kehidupan kekristenan hal ini menggambarkan aplikasi dari hidup yang penuh ucapan syukur. Apapun yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, apakah itu kebahagiaan atau kesedihan, selalu mengucap syukur.


-DW-

Thursday, December 16, 2010

Belajar Memahami


Akhirnya rombongan kami sampai di Cairo, ibukota Mesir alias Misr. Aku baru tahu ternyata penulisan nama dalam bahasa aslinya seperti itu. Mirip dengan penulisan dalam bahasa Indonesia. Kata adikku, jauh banget bedanya dengan penulisan dalam bahasa Inggris : Egypt ! ^^

Kota Cairo sangat luas. Dibelah oleh sungai Nil alias Nile. Sore itu kami langsung menuju 3 tempat yaitu Gereja Abu Serga, Synagoge Ben Ezra dan terakhir Gereja Gantung. Dari ketiga tempat ini hanya Gereja Gantung yang keliatan cukup terawat karena mendapat bantuan dana dari pemerintah. 2 tempat lainnya harus mencari sendiri dana perawatan yaitu dari penjualan souvenir dan foto-foto bangunannya. Karena itu pengunjung dilarang memotret bagian dalam bangunannya. Berhubung aku kurang suka dengan foto-foto dalam bentuk postcard maka aku memilih untuk memasukkan uang ke dalam kotak sumbangan. Cara yang berbeda dengan tujuan yang sama… :)

Malam itu kami menikmati makan malam ‘ala’ Chinese. Jangan bayangkan menu capcai ato puyunghai seperti yang biasa kita makan di Indonesia. Tada…! Lauk pertama yang dikeluarkan entah apa namanya. Dalam wadah mangkok besar. Ternyata maksud si koki adalah Sup. Kuah bening dengan potongan-potongan sayur. Kami semua yang duduk di sekeliling meja bundar saling memandang dengan tatapan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata… hehehe…… tapi kami tetap mengucap syukur karena hari itu semua berjalan lancar. Dan… Sup-Tanpa-Nama itu pun lenyaplah masuk ke dalam perut kami. Tx God :)

Lumayan… kami menginap di Le Meridien. Wah… baru kali ini aku masuk ke hotel dengan penjagaan super ketat. Kayak di airport. Koper-koper kami harus dilewatkan di x-ray. Suhu malam itu sekitar 16 derajat celcius. Terbayang enaknya segera tidur meringkuk dibalik selimut tebal. Tour leader kami sangat cekatan. Tidak sampai 20 menit sudah selesai pengurusan check-in dan kunci kamar pun dibagikan. Thanks brother for being our good tour leader :)

Karena sejak awal aku pengen nulis catatan perjalanan, maka sebelum tidur kusempatkan nulis beberapa hal yang kuanggap cukup menarik untuk di-share-kan dan tentunya karena aku dapat belajar sesuatu dari hal tersebut. Tiba-tiba aku teringat satu kejadian saat makan malam di restoran ‘ala’ Chinese tersebut. Saat rombongan kami hampir selesai makan, masuk 1 rombongan yang nampaknya dari Cina ato Hong Kong. Mereka hanya sekitar 10 orang. Tak lama kemudian pihak restoran menyajikan tarian budaya local. Cukup menarik. Salah seorang tamu dari Cina itu ikut menari. Suasana cukup meriah dan menyenangkan. Tetapi sayangnya….. suasana mulai rusak gara-gara salah satu penari dengan kostum entah-binatang-apa mendekati kami dan ‘melempar-lemparkan’ kepalanya. So annoying! Hatiku mulai terusik. Kupegang botol air mineral dan saat si ‘binatang’ itu mendekat langsung kudorong dia dengan sekuat tenaga. Sambil berjaga-jaga kalo dia melawan akan kupukul dengan botol air! Hhheeh !! Akhirnya sebelum aku kehilangan kontrol diri kuputuskan untuk kembali ke bus sambil menunggu teman lain yang masih belum selesai makan.

Aku merenung cukup lama. Dan tiba-tiba merasa malu. Mengapa aku begitu mudah emosi ? Memang tindakan si ‘binatang’ itu tidak menyenangkan (maaf…..bukan maksudku mengatai penari itu binatang ya….tapi hanya karena kostumnya berupa binatang ^^ ). Aku coba membayangkan jika aku menjadi penari itu. Bukan pekerjaan yang mudah harus selalu dalam posisi menunduk untuk memerankan si binatang. Pastinya punggung terasa pegel….. Ada kemungkin juga saat itu si penari dalam suasana hati yang tidak enak tetapi karena tanggung jawab pekerjaannya harus tetap menghibur tamu maka akibatnya dia rada kasar. Aku segera berdoa minta ampun dan mengampuni si ‘binatang’ eh si penari ding hehe….. Hah! Hatiku lega dan aku bisa tidur nyenyak. Tx God :)

Pagi menjelang. Hatiku terasa ringan. Hari ini kami akan menuju daerah Giza mengunjungi Pyramida dan Sphinx.

Hai Sphinx! Jangan kemana-mana ya… Tunggu kedatangan kami… :D

-DW-

Wednesday, December 15, 2010

Awal Perjalanan Panjang - Koper


Satu persatu barang keperluan selama perjalanan kumasukkan ke koper. Sambil mengingat-ingat apa lagi yang harus dibawa. Mantel, kaos kaki, lipglos merupakan sebagian barang yang cukup penting untuk dibawa karena menurut data cuaca di internet pada bulan November-Desember suhu di Israel antara 16-24 derajat celcius. Aku kurang tahan terhadap cuaca dingin jadi agak was-was apakah mantel yang kubawa cukup memadai .

Jam 8 pagi waktu Singapore kami berangkat ke Changi Airport, dengan menumpang Malaysia Airline menuju Kuala Lumpur. Perjalanan panjang dimulai. Bener-bener perjalanan panjang untuk sampai di Israel. Sejenak mengingat ‘perjalanan’ 69 hari sebelum tanggal keberangkatan. Dan sekarang ditambah sekian belas jam rasanya bukanlah sesuatu yang berat bagiku.

Dengan penasaran kami menunggu rombongan dari Medan yang tiba di KLIA 1 jam setelah penerbangan kami. Aku pengen banget segera bertemu dengan teman-teman baruku yang akan menjadi teman seperjalanan selama 13 hari. Kami akan bersama-sama mengalami sukacita wisata rohani. Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil nama adikku…..nah! itu mereka sudah sampai.

Rombongan kami berjumlah 24 orang termasuk tour leader kami. Aku langsung merasakan bakalan cocok dengan teman-teman baruku. Peserta termuda seorang wanita berusia 36 th dan peserta tertua juga seorang wanita,berusia 75 th! Umur boleh tua tapi semangatnya masih menyala-nyala. Langkah kakinya masih teguh. Luar biasa Tuhan yang memberi kekuatan kepada si Opung.

Pukul 20.40 waktu KL perjalanan yang sesungguhnya baru dimulai. Pesawat Gulfair yang membawa kami dari KL ke Bahrain selama 8 jam untuk transit menginap selama semalam dan dilanjutkan keesokan paginya pukul 10.30 waktu Bahrain menuju Cairo dengan lama penerbangan 3 jam. Secara fisik aku agak lelah tapi hatiku seakan tak berhenti melonjak penuh semangat. Kucoba mengingat-ingat peristiwa di masa lampau yang dapat menyamai perasaanku saat itu. Ternyata ….. tidak ada! Amazing !

Sejak awal aku memang bertekad untuk menangkap mata kuliah apa lagi yang akan Tuhan ajarkan padaku dalam perjalanan ini. Sehingga secara tidak sadar aku agak mengada-ada menanggapi segala sesuatu yang terjadi di sekitarku. Seperti seorang pencari emas di sungai yang tergesa-gesa mengambil sebuah batu berkilau dan menganggapnya emas…..hehe….

Tapi Tuhan memang selalu baik… selama-lamanya kasih setiaNya !

Pelajaran sederhana tapi sangat berarti kudapat justru saat menarik koper dari satu airport ke airport yang lain. Karena setiap kali jarak dari pesawat ke bagian imigrasi cukup panjang, aku suka iseng koper kadang kudorong bukannya kutarik seperti layaknya sebuah koper diperlakukan…. :D Ternyata lebih mudah menarik koper karena saat kudorong koper itu lebih sering melenceng arahnya. Bukannya lurus sesuai keinginanku tapi malahan miring ke kiri ke kanan. Tiba-tiba aku diingatkan bahwa lebih mudah bagi hidupku jika aku menempatkan Tuhan di depanku untuk menarik tanganku berjalan sesuai kehendakNya. Tuhan adalah gembala dan aku dombaNya. Domba tidak pernah jalan di depan gembala. Gembala yang selalu di depan domba. Thank You, God untuk “mata kuliah Koper” .

Senyumku yang termanis kuberikan kepada petugas imigrasi di Cairo :)

-DW-