Monday, January 31, 2011

Berdamai dengan diri sendiri - sekali lagi!


Dan apa yang kualami saat kubiarkan diriku berdamai dengan keadaan diriku apa adanya? Luapan ucapan syukur seakan-akan tak ada habisnya keluar dari lubuk hatiku yang terdalaaaaammmmm….. dan bonusnya adalah beberapa impianku satu-per-satu mulai jadi kenyataan.

Ya….kalimat diatas kutulis di note “Berdamai Dengan Diri Sendiri” beberapa waktu yang lalu.

Aku uda berdamai dengan diriku sendiri untuk hal-hal di masa lampau, untuk bisa menerima impian-impian yang belum terwujud ato mungkin tak terwujud, dan saat ini sedang terus-menerus dalam proses perdamaian. Ternyata…..ada satu hal yang aku lupakan.

Di masa sekarang aku juga membangun impian-impian yang baru. Yang dalam perjalanan mencapainya harus mengalami beberapa penyesuaian dan perubahan. Nah….di sinilah sekali lagi proses berdamai-dengan-diri-sendiri kualami.

Kucoba renungkan mengapa aku harus berdamai dengan diri sendiri LAGI ?

Harus kuakui dengan sejujurnya penyebab utamanya ternyata adalah aku telah membuat impian-impian dengan kriteria dan standard lebih berdasarkan apa kata orang ! Ya….tentu ada dasar firman Tuhan yang menyertai tapi tanpa sadar aku telah memposisikan firman Tuhan hanya sebagai tameng.

Lebih jauh lagi, sikap seperti ini bisa berkembang menjadi sifat menghakimi orang lain yang kelihatannya tidak hidup dalam kriteria dan standard yang kupegang. Hah?! Siapakah aku ini yang hendak menghakimi sesamaku? Menghakimi orang yang kukasihi?

Seorang temen dekatku yang pertama kali mengucapkan kalimat ini : kamu perlu berdamai dengan dirimu sekali lagi. Kalimat yang langsung menghujam ulu hati. Jujur kukatakan efeknya sangat menyakitkan tapi dia benar. Obat pahit yang harus ditelan agar aku sembuh total.

Aku sangat diberkati dengan sebuah lagu yang saat ini sedang kuputar berulang-ulang sambil menyelesaikan tulisan ini. Judulnya Bagi Tuhan Tak Ada Yang Mustahil karangan Sari Simorangkir. Dalam syairnya dikatakan “hidupku hanya ditentukan oleh perkataan dan kuasa Tuhan”. Yes! Bukan apa kata orang tetapi apa kata Tuhan.

Terima kasih Tuhan! Belum terlambat untuk mengubahnya menjadi lebih baik.


Kutuliskan disini ya lirik lagunya…..

Kuyakin saat Kau berfiman
Kumenang saat Kau bertindak
Hidupku hanya ditentukan oleh perkataanMu

Kuaman kar’na Kau menjaga
Kukuat kar’na Kau menopang
Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu

Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
MujizatNYa disediakan bagiku
kuangkat dan dipulihkanNya


-DW-

Saturday, January 29, 2011

Ketika saatnya tiba


Firman Tuhan berkata : “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer 29:11)

Firman Tuhan yang lain berkata : “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya” (Pkh 3:1)

Alangkah indahnya jika kita selalu mengingat firman Tuhan itu dan bersabar menanti janji Tuhan tergenapi dalam hidup kita. Tetapi sayangnya pada kehidupan real yang terjadi seringkali kebalikannya. Manusia merasa lebih jago dari Tuhan. Dengan dalih yang cukup rohani : kita kan kudu bertindak, ga bisa dong kita cuma duduk diam menunggu berkat turun dari langit. Perencanaan harus disusun dengan matang lalu dilaksanakan dengan benar sesuai tahap-tahapnya…bla..bla..bla….

Ya..ya…. aku cuma bisa ngejawab begitu kalo temenku uda mulai ngotot mempertahankan pendapatnya. Sebenarnya tidak salah seratus persen apa yang dia katakan tapi….. Adakah dia ambil waktu untuk mencari kehendakNya? Adakah dia sertakan Tuhan dalam perencanaannya? Adakah dia sadar bahwa segala sesuatu yang sesuai dengan waktu Tuhan lah yang terbaik?

"Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu” (Ams 16:3) – ya, inilah kuncinya. Jika kita lakukan bagian kita sesuai dengan UU-nya Tuhan maka Tuhan tidak akan terlambat menggenapi janjiNya bagi kita. Bahkan bonus-bonus yang tak pernah kita bayangkan Dia berikan juga kepada kita, yang mengundang decak kagum dan ungkapan : tak seorangpun pernah melihat ato mendengar tentang hal ini, bahkan tak pernah terbayangkan akan ada hal seperti ini, semua itu Tuhan atur dan sediakan bagi kita yang mengasihiNya. (1 Kor 2:9)

Ketika saatnya tiba……..sukacita luar biasa yang kita alami. Tx God!

Tak habis-habisnya kekagumanku akan Tuhan. Bahkan doa permohonanku yang aku sendiri anggap itu mengada-ada dan itu pun kudoakan 10 tahun lalu – Tuhan jawab boo…! Hehe…..

Mau bersabar sampai saatnya tiba….? Ga rugi kok…. ^^


-DW-

Monday, January 24, 2011

Hati berkolaborasi dengan Nalar


Jika kita mau jujur, kita cenderung memposisikan dua hal secara berlawanan, misal kiri vs kanan, depan vs belakang, atas vs bawah dan seterusnya………. *akan terlalu banyak jika ditulis semuanya . Entah mengapa kita harus mempertentangkan hal-hal tersebut, alih-alih membuat suatu kolaborasi dari keduanya.

Beberapa hari lalu aku menghadapi suatu dilema. Jika menuruti kata hati masalah tersebut sepertinya bisa segera tuntas tetapi kalo dipikir dan dianalisa pake nalar maka tidak semudah itu jalan keluarnya. Sehingga tanpa pikir panjang aku pun melakukan hal yang pada umumnya dilakukan oleh manusia yang sedang menghadapi persoalan yaitu menganggap bahwa hati dan nalar tidak bisa sejalan. Kemudian muncullah status lebay di facebook-ku : Hati vs Nalar.

Dalam benakku seakan terjadi pertempuran antara hati dan nalar. Si hati mengajukan seribu satu alasan kepada si nalar sebagai dasar keputusannya dan si nalar pun tak mau kalah. Beribu argumentasi saling dikeluarkan. Tring---tring---sret---sret…. *bayangkan pedang Siaw Liong Lie saling menyabet dengan pedang Yo Ko hehe…. agak melenceng sedikit, ini gara-gara temenku nyuruh aku baca buku cerita Sin Tiaw Hiap Lu jadinya kebayang film silat deh….

Sampai kemarin malam…..tiba-tiba aku berpikir mengapa harus kupertentangkan kata hati dan penalaranku? Bukankah hati dan nalarku adalah sama-sama ciptaan Tuhan? Sudah pasti bukan maksud Tuhan “mengadu domba” buah tanganNya. Melainkan dengan suatu kolaborasi alias kerjasama antara hati dan nalar pastinya akan menghasilkan solusi yang luar biasa. Sekarang hati dan nalarku sedang berunding mencari win-win solution. Ditemani secangkir white coffee…..

Tangan kanan tak bisa sendirian mengangkat meja, dia butuh tangan kiri. Emang ada ya rumah yang hanya punya sisi depan tapi belakangnya bolong? Nah…meski bolongpun itu namanya bagian belakang rumah tersebut. Contoh apalagi ya? Hhhmmmm….hujan dan kemarau perlu datang bergantian supaya petani bisa menabur dan menuai.

Note : ini sekedar tulisan awal – perlu pengulasan lebih dalam. Mudah-mudahan ga males ngelanjutin nulisnya :)


-DW-

Tuesday, January 18, 2011

AKU WONG JOWO

Aku suka banget makan tahu campur, tahu tek binti tahu gunting
dan banyak lagi makanan khas Jawa Timur.
Yah...karena aku memang asalnya dari JOWO, WONG JOWO TULEN.
Saking JOWOnya diriku, sudah hampir 19 taon di Jakarta logatku tetep,
manteb khas orang sana.
Karena logat dan makanan kesukaanku itu, tulisan ini hasilnya.

Klo ada yang pernah makan tahu campur di apartemen kelapa gading
pasti tau suasana akrab ini.
Tempat sederhana, maklum kafe tenda.
Klo panas ya gerahnya minta ampun, klo hujan ya makan
plus dapet bonus..... cipratan air.
Tapi designer terkenal dari Jawa Tengah pun pernah makan disini lho
lengkap pake kebaya, cuantik dan anggun.
Hampir tiap hari tempat ini selalu penuh pelanggan jadi sering kali kita
harus share meja dengan orang2 yang tak kita kenal.
Lucunya, kita bisa tiba2 ngobrol akrab dengan orang2 yg tak pernah
kita jumpai sebelumnya.
Bernostalgia tentang tempat2 makan dari daerah asal kita.
Yang JUAL orang JOWO, yang DATANG orang JOWO juga. KLOP BENER.

Mengapa bisa begitu?
RASA KEDAERAHAN!
Kemana saja kita pergi, kita akan merasa bahagia bila berjumpa dengan
orang sedaerah.
Kuping kita juga bahagia klo dengar bahasa daerah kita.
Kita bisa membeli barang lebih murah, kadang dapat IMBUH
hanya karena yang jual orang sedaerah.
Kita akan dilayani dengan lebih ramah disebuah resto klo
pramusajinya sama2 sedaerah.
Sungguh Luar biasa RASA ini.
MARI KITA KEMBANGKAN

Monday, January 17, 2011

Sepenuh Hati


Cuaca sedang kurang bersahabat. Dari pagi mendung menghiasi langit dan menjelang sore akhirnya awan tak sanggup lagi menopang butiran air sehingga dengan berat hati dibiarkanlah hujan melanda bumi. Cuaca hati pun seakan senada dengan alam. Dengan iringan melodi indah kiss the rain-nya Yiruma membuat hati semakin mengayun.

Hehehe….kok jadi geli sendiri nulis dengan gaya berbunga-bunga. Tapi asik juga sih….

Beberapa hari yang lalu keponakanku “memperkenalkan” aku dengan Yiruma. Dan aku langsung jatuh hati pada………musiknya :) Ya…Yiruma adalah seorang pianis dan komposer Korea. Lagu-lagunya indah, menyentuh hati, terasa sekali bagaimana dia menciptakan dan memainkan lagu-lagunya dengan sepenuh hati. Saat aku mendengarnya aku jadi membayangkan diriku menari-nari di sebuah hall yang besar #harap-dicatat-saya-tak-bisa-nari…..jadi bisa terbayang kan bagaimana pengaruh musiknya terhadap diriku? Aku percaya jika sesuatu dikerjakan dengan sepenuh hati maka hasilnya sangat luar biasa. Mau tau lebih lanjut tentang Yiruma? Mari gunakan Google :)

Sepenuh Hati. Dua kata sederhana yang jika digabung sangat dahsyat kuasanya.
Sebelum aku dikomplain karena topiknya kesannya tak nyambung……monggo dibaca dulu sampai habis ya…..

Aku ingat dengan jelas dua hari yang lalu ketika saat teduh sebelum tidur, aku membaca Mazmur 42 dan 43. Dalam dua pasal ini ada tiga ayat yang sama kalimatnya : “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku!” – Aku tertegun. Karena ayat ini seakan bersuara ketika kubaca. Yah….harus kuakui dengan jujur belakangan ini ada hal yang sedang kupikirin dan cukup menyita energy. Dalam hati aku bertanya pada Tuhan : What should I do, Lord? – Sekali lagi aku tertegun. Muncul kalimat ini : percayalah padaKu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu. Tuhan! Kok tak nyambung?! Sempet-sempetnya lho aku protes ke Tuhan.

Kucoba merenungkan maksud Tuhan. Untuk kedua kalinya aku harus mengaku dengan sejujur-jujurnya…..bahwa belakangan ini aku kurang sepenuh hati dalam berdoa, kurang sepenuh hati dalam bersaat-teduh, kurang sepenuh hati membaca Alkitab. Hih! Kebangeten ya! Tak heranlah kalo hatiku tertekan dan jiwaku gelisah. Rupanya ada “saluran” yang mampet dan kesalahannya jelas bukan pada Tuhan tapi pada hatiku yang tak sepenuhnya untuk Tuhan. Hikz….forgive me, Lord.

Kuulang kalimat di atas yang tercetak miring : Aku percaya jika sesuatu dikerjakan dengan sepenuh hati maka hasilnya sangat luar biasa. Saat aku sepenuh hati menyembah Tuhan, sepenuh hati mengasihiNya maka hasilnya akan sangat luar biasa. Penghiburan dan damai sejahteraNya akan selalu menyertaiku. Tertekan? No way! Gelisah? Go away!

Seorang Yiruma yang tak kukenal yang dengan sepenuh hati menciptakan melodi indah aja mampu membuat aku yang tak bisa menari sampai berimajinasi menari-nari berputar-putar, apalagi jika aku dengan sepenuh hati mengasihi dan percaya kepadaNya - aku, engkau, dia dan semua orang yang telah ditebusNya dengan nyawa anakNya yang tunggal - aku yakin hati Tuhan akan tersentuh.

I love U, Lord… with all my heart!


-DW-

Monday, January 10, 2011

Berdamai dengan diri sendiri


Sepenggal kalimat di tengah-tengah “obrolan” dengan seorang teman lama via sms tiba-tiba membuatku tercenung sejenak – ‘berdamai dengan diri sendiri’.

Kalimat yang mudah untuk diucapkan tetapi cukup sulit – bukan tidak mungkin – untuk dilakukan. Kalimat sederhana ini mulai kuterapkan dalam hidupku sejak sekitar 3 tahun lalu sampai sekarang dan selamanya……

Bertahun-tahun aku merasa memanggul beban setinggi gunung Merapi saat kusadari banyak impianku yang tidak tercapai. Saat aku merasa bersalah ketika tuntutan keluarga tak juga dapat kupenuhi. Saat aku merasa minder mendengar si A temen masa SD punya 5 rumah, ato si B anak tante X udah punya 3 perusahaan yang berkembang pesat. Dan banyak lagi, yang jika kutuliskan di sini pasti banyak yang protes karena bertele-tele. Males bacanya boo… :p

Saat Tuhan Yesus berkata : “marilah kepadaKu yang letih lesu dan berbeban berat”, Tuhan maksudkan agar kita tidak lagi membawa masalah kehidupan itu dengan kekuatan sendiri karena itu sangat-sangat-sangat tidak mungkin. Kita harus sadar dan mengakui bahwa kekuatan kita tidak bakal sanggup menyelesaikan permasalahan hidup. Letakkan itu semua di kaki Tuhan Yesus. Kita butuh pertolongan Tuhan. Sadar dan mengakui kelemahan diri inilah yang kumaksud dengan “berdamai dengan diri sendiri” – berbeda maknanya dengan hidup apatis lho ya…..

Apa yang kualami saat aku membiarkan beban itu di pundakku? Ucapan syukur yang keluar hanya dari bibirku bukan dari hatiku yang terdalam.

Dan apa yang kualami saat kubiarkan diriku berdamai dengan keadaan diriku apa adanya? Luapan ucapan syukur seakan-akan tak ada habisnya keluar dari lubuk hatiku yang terdalaaaaammmmm….. dan bonusnya adalah beberapa impianku satu-per-satu mulai jadi kenyataan.

Unik ya cara kerja Tuhan ?

Mau alami hal yang sama ?

Yuuuukk……….. berdamailah dengan dirimu sendiri.


-DW-

Monday, January 3, 2011

# SELA #

Sela = jeda = waktu berhenti (mengaso) sebentar; waktu beristirahat di antara dua kegiatan sebelum melanjutkan aktifitas kembali.
Sebenarnya sela adalah suatu tindakan yang bukan tindakan fisik – karena biasanya berupa keadaan berhenti dan diam - tapi sangat bermakna.

Bahkan di antara ayat-ayat Alkitab pun Tuhan sisipkan kata ‘sela’ dengan tujuan agar kita berhenti sejenak dan merenungkan arti ayat yang sudah kita baca. Mau bukti? Coba buka Mazmur 59:6; 61:5; 62:5,9….. ini hanya beberapa contoh. Mau tau lebih banyak ? Buka sendiri Alkitabmu :)

Tulisan tentang perjalanan wisata rohani sudah hampir mencapai setengah perjalanan…..dan tiba-tiba aku merasa perlu berhenti sebentar. Ambil waktu sejenak untuk berdiam. Dan kemudian mengingat lagi apa tujuan awal aku menulis pengalaman selama dalam perjalanan itu.

Dengan kesadaran ( yang agak terlambat hehe… ) bahwa aku dititipin talenta menulis oleh Tuhan yang harus dilipatgandakan, aku mencoba terus mengasahnya dan salah satu sarananya adalah mempublishnya di facebook dan blog. Kusharekan ke temen-temenku yang aku tau dengan pasti memiliki passion yang sama.

Seseorang berkarya pastinya ingin hasil karyanya dihargai oleh orang lain. Yah….minimal menuai komentar lah, baik itu yang membuat hati melambung ato mungkin malah membuat hati ciut. Puji Tuhan, komentar temen-temenku positif yang membuat aku makin bersemangat menulis. Nah…yang sekarang menjadi permasalahannya adalah ternyata motivasiku mulai melenceng. Mungkin hanya 0,0005 derajat ato bahkan kurang dari itu. Tetapi jika dibiarkan terus maka pada akhirnya aku tidak akan sampai pada tujuan yang telah kutetapkan di awal ‘perjalanan-menulis’ ku.

Apakah itu?

Semangatku menulis tidak lagi murni untuk membagikan berkat Tuhan…..melainkan mulai terkhamiri dengan ragi “kepuasan-hati-menuai-pujian” :( haizz……..
Bukan suatu kebetulan jika aku tiba-tiba merasa harus berhenti sejenak. Tidak ada yang kebetulan dalam setiap segi kehidupan kita. Tuhan selalu ingin “berbicara” dengan kita. Tx God!

Kembali ke jalur semulaaaaa….graaakkk!

Note :
Sesuai dengan fungsinya, sela dilakukan hanya beberapa saat…… begitu juga dengan tulisan ini, cukup hanya 5/8 halaman A4 :D

-DW-