Menyambung yang ditulis ZO tentang macet.
Aku di Jakarta, macet adalah makanan pokok sehari-hari.
Pagi, siang, malam dan kapan aja.
Dari jalan kecil sampek jalan protokol.
Mau naik motor, bajaj, kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi.
Musim panas ataupun musim hujan
Macet tak kenal waktu.
Karena jalanan rusak, jalanan padat, tergenang air, perbaikan jalan dan berbagai penyebab lain.
Seperti yang ZO lihat banyaknya pengendara yang tidak disiplin sampai pada aparat yang tidak peduli.
Memang sebenarnya bisa diperbaiki meskipun tidak mudah.
Misalnya, jalan-jalan diperbaiki biar tidak menghambat.
Pengendara diharuskan disiplin
Tindakan yang tegas dari para aparat
Hingga pada tersedianya transportasi umum yang memadai.
Semua itu sudah sering dibahas tapi tanpa hasil yang memuaskan, alhasil ya beginilah yang kita hadapi.
Macet yang makin tidak terkendali.
Tapi pemda Jakarta sudah merencanakan sebuah solusi (yang munurutku memanjakan orang berduit).
Jalan-jalan tertentu akan dipasang alat, yang lewat daerah itu harus bayar.
Apa menyelesaikan masalah?
Tentu saja tidak.
Yang punya duit makin enak, yang duitnya cekak makin sengsara.
Harus cari jalan alternatif yang artinya memindahkan kemacetan disuatu daerah ke daerah lain.
Pemda sih mengharapkan dengan cara membayar akan membuat warga Jakarta mengurangi penggunaan mobil pribadi. Tapi apakah disadari bahwa menggunakan transportasi umum itu mahal, tak nyaman dan susah dilakukan karena kurangnya prasarana yang menunjang.
Memang harapan pemerintah dan kenyataan yang dihadapi warga sangat jauh berbeda.
Satu berita bagus, Macet itu tau hari libur dan lebaran
MJ
masalahnya liburan si Macet ama kita2 sama persisss.. lebih afdol kalo ada yang bisa ngatur supaya si Macet libur saat kita-kita kerja.. jadi kita nggak kena pre mature ageing and harus sering2 semir gara2 stressss.. setojooo???
ReplyDelete