Thursday, May 13, 2010

BOYS OR GIRLS

“Laki atau perempuan..?” Orang biasa bertanya pada wanita yang sedang hamil, terutama yang hamil pertama kalinya, apakah bayi yang sedang dikandungnya berjenis kelamin laki atau perempuan. Pertanyaan biasa saja sebenarnya, tapi sering kali menggelitik keingintahuan dan membuat aku bertanya-tanya.. apa sebenarnya perbedaan anak laki dan anak perempuan..? Mereka tetep anak kita apapun jenis kelaminnya. Apakah anak laki lebih berharga dan penting atau apakah lebih beruntung bagi orang tua untuk mempunyai anak perempuan?

Kalau kita lihat, terutama di belahan negara Asia, memang terkesan mempunyai anak laki lebih penting dari pada anak perempuan.
Sering kali, kalau pasangan hanya mempunyai anak perempuan mereka akan terus ditanya kapan akan mempunyai anak lagi.. “khan masih belum punya anak laki..?”

Anak laki dianggap lebih penting, diperlakukan lebih “special” dan sering kali mendapat fasilitas lebih karena beberapa sebab :
Anak laki dianggap sebagai penerus nama keluarga sehingga mereka juga secara otomatis diharapkan bisa meneruskan bisnis orang tuanya dan mendapatkan warisan lebih..

Anak perempuan sebaliknya, mereka tetap dianggap sebagai “pelengkap” karena beberapa sebab seperti :
Mereka akan ikut suami mereka jika kelak mereka menikah, tidak bisa meneruskan marga/nama keluarga orang tuanya sehingga tidak perlu mendapatkan terlalu banyak. Anggapan sejak jaman penjajahan bahwa perempuan merupakan “kelas dua” setelah pria yang tidak mempunyai naluri bisnis dan kemampuan yang sama dengan pria. Mereka harus support suami dalam kondisi apapun.

Bahkan saat sekarang, dimana para wanita bisa menunjukkan bahwa mereka bisa berkarir membantu meningkatkan ekonomi keluarga serta mengurus rumah tangga mereka bersamaan dengan baik, mereka jarang mendapatkan penghargaan lebih.. Semuanya seolah2 memang sudah seharusnya dan merupakan kewajiban yang harus perempuan lakukan dan bukan dianggap sebagai prestasi.

Seorang clientku, orang India, kemarin membagikan pemikirannya tentang anak laki dan perempuan. Dia memiliki 2 putri, satu berusia 6 tahun dan seorang lagi berusia 3 tahun. Saat ditanya apakah dia merencanakan akan mempunyai seorang putra lagi, dia menjawab bahwa dia sudah puas dengan 2 putrinya. Istrinya sebetulnya menginginkan seorang putra lagi tapi dia bersikeras tidak menginginkan lebih… 2 putri sudah cukup.

Saat ditanyakan alasannya, dia bercerita bahwa sama seperti di Indonesia dan Asia pada umumnya di India orang tua juga memperlakukan seorang putra lebih istimewa. Seorang putra berhak mewarisi usaha dan kekayaan orang tuanya dan sebaliknya putri tidak mendapat apa-apa.

Dia berbagi, India mendapatkan kemerdekaannya baru2 saja.. sekitar tahun 1974, generasi kakeknya merasakan sulitnya hidup pada saat penjajahan. Mereka harus berusaha extra keras dan ulet untuk bisa bertahan hidup, menyaksikan peperangan dan pembunuhan serta banyak kekejaman yang terjadi hanya untuk bisa hidup.
Generasi ayahnya mengalami kehidupan yang hanya “sedikit” lebih baik , masih tetap dituntut harus ulet dan bekerja keras untuk bisa hidup layak untuk menghidupi keluarganya serta mewariskan hasil kerja kerasnya kepada putranya.

Sekarang ini, saat mereka sudah mengalami kemerdekaan serta bisa hidup lebih baik dan nyaman, orang tua cenderung memanjakan anak-anaknya, membentuk generasi muda yang terbiasa dengan kemewahan serta kenyamanan dan kehilangan keuletan serta usaha untuk bisa mempertahankan hasil kerja keras ayahnya. Anak laki-laki yang menyadari bahwa mereka merupakan pewaris kekayaaan orang tuanya, berusaha mendapatkan lebih dan tidak segan-segan untuk berkelahi bahkan melukai saudaranya, dalam memperebutkan warisan.

Di lain pihak anak perempuan yang sudah tahu bahwa mereka tidak akan mewarisi apapun dr orang tua mereka menyadari bahwa mereka masih bisa merasakan dan menikmati kemewahan kekayaan orang tuanya, bahkan meskipun mereka sudah menikah, jika mereka mau merawat orang tuanya dengan baik.

Ketakutan mengalami hal-hal seperti diataslah yang mendasari clientku memutuskan untuk puas dengan hanya mempunyai 2 anak perempuan. Dia menambahkan jika putri2nya menikah kelak, sama artinya dia juga akan mempunyai menantu pria yang bisa dianggapnya sebagai putranya.

Sebaliknya seorang teman yang sangat berkecukupan memiliki pandangan yang berbeda tentang putra dan putri. Memiliki 2 orang putra masih dirasakan belum cukup karena menurut orang tua mereka, memiliki seorang putri jauh lebih penting dibanding putra. Anak laki-laki memang dibutuhkan untuk mewarisi usaha orang tua dan meneruskan nama keluarga, tapi kelak mereka akan menikah dan meninggalkan orang tuanya.
Bagaimanapun perhatian seorang putra terhadap orang tuanya, jika mereka sudah menikah akan dianggap hilang karena mereka akan memiliki keluarga sendiri dan tidak akan memperhatikan keadaan orang tuanya sama seperti perhatian seorang anak perempuan kepada orang tuanya.

Anak perempuan yang sudah menikah, sebaliknya, terasa lebih dekat dengan orang tuanya, memperhatikan serta merawat orang tuanya lebih baik dibanding seorang menantu perempuan. Jika kita sudah tua kita akan merasa sangat beruntung memiliki anak perempuan karena akan ada yang bisa merawat kita dengan baik.
Dengan alasan tersebut, temanku memutuskan memiliki anak ke 3, yang untungnya lahir sesuai dengan keinginan mereka, perempuan.

Aku merenungkan pembicaraanku dengan clientku dan temanku malam itu. Aku sendiri dilahirkan dari keluarga pas-pas’an tanpa adanya usaha atau harta yang bisa diwariskan. Aku dan saudaraku yang berjumlah 7 orang, tidak pernah mendapat perlakuan istimewa. Kami dituntut untuk bisa mandiri dalam situasi apapun.. selalu berdoa dan pantang menyerah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan mapan.. Tidak ada harta warisan yang bisa dipikirkan.. apalagi diperebutkan..

Jadi…, kalau orang tua tidak memiliki kekayaan atau usaha untuk diwariskan… kalau orang tua mendidik anaknya dengan benar dan menanamkan bahwa tidak akan ada warisan yang akan mereka terima… bahwa mereka harus berusaha mendapatkan kenyamanan dengan cara dan usaha mereka sendiri.. masihkah ada yang takut untuk memiliki seorang putra... akankan anak laki masih lebih berharga dan diperlakukan lebih “istimewa” dibanding anak perempuan??

Bagaimana pula jika anak perempuan yang kita harapkan bisa merawat kita di hari tua ternyata tidak sesuai dengan harapan kita??? Apakah layak bagi kita orang tua untuk terlalu berharap kepada anak-anak kita?? Tidakkah kita seharusnya melakukan tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua, mengantar anak-anak kita, either boys or girls, supaya menjadi orang yang “sukses”, dengan tulus tanpa pamrih??

(ZO)

2 comments: